Jabatan Adalah Sesuatu Yang Menakutkan
Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Jabatan Adalah Sesuatu Yang Menakutkan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Al-Adabul Mufrad. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. pada Senin, 25 Rabiul Awal 1443 H / 1 November 2021 M.
Ceramah Agama Islam Tentang Jabatan Adalah Sesuatu Yang Menakutkan
Bab 337 – Bab ucapan seseorang: ‘Semoga dia tidak hidup’
Imam Bukhari Rahimahullahu Ta’ala mengatakan: بَابُ قَوْلِ الرَّجُلِ: لَا بُلَّ شَانِئُكَ (bab tentang ucapan seseorang yang mengatakan لَا بُلَّ شَانِئُكَ). Ini doa agar orang yang membencimu mati, semoga mati yang memusuhimu/membencimu, semoga dia tidak hidup. Bolehkah kita mendoakan seperti itu?
Imam Bukhari menyebutkan sebuah atsar, dari Abu Hurairah Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, tapi atsar ini dhaif, sehingga tidak dapat dijadikan sandaran.
Suatu sore Abu Hurairah melihat kepada bintang yang ada di hadapannya. Kemudian beliau mengatakan:
والذي نفسه أَبِي هُرَيْرَةَ بِيَدِهِ! لَيَوَدَّنَّ أقوامٌ ولَوا إماراتٍ فِي الدُّنْيَا وَأَعْمَالًا أَنَّهُمْ كَانُوا مُتَعَلِّقِينَ عِنْدَ ذَلِكَ النَّجْمِ، وَلَمْ يَلُوا تِلْكَ الْإِمَارَاتِ، وَلَا تِلْكَ الْأَعْمَالَ. ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيَّ فَقَالَ:: لَا بُلّ شَانِئُكَ، أَكُلُّ هَذَا
“Demi yang jiwa Abu Hurairah berada ditanganNya! Kaum laki-laki yang mereka menjabat di dunia, suatu hari nanti pada hari kiamat mereka ingin digantung di bintang-bintang ini asalkan tidak menjabat.” Kemudian Abu Hurairah menghadap kepada Abdul ‘Aziz dan mengatakan: “Semoga yang memusuhimu tidak basah lagi (mati).”
Atsar ini disebutkan dalam riwayat Ahmad dan hadits yang shahih, dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa, mereka tidak mengapa diberi siksaan jatuh dari bintang-bintang asalkan mereka tidak menjabat jabatan dalam pemerintahan. Hal ini karena jabatan adalah sesuatu yang menakutkan.
Sebagian orang beranggapan bahwa jabatan itu penghormatan dan kemuliaan, sehingga kita melihat dimasa sekarang ini orang-orang berebut untuk menjadi pejabat. Bagaimana mereka rebutan untuk menjadi kepala desa, bupati, gubernur. Dan kita dapat menyaksikan di dunia (belum di akhirat) berapa banyak pejabat-pejabat itu yang berakhir menyedihkan. Awalnya dihormati, dihargai, tahu-tahu mereka berada di penjara.
Sahabat Abu Dzar pernah berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wahai Rasulullah, kenapa engkau tidak memberiku jabatan?” Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah (yang berat), dan kekuasaan tersebut menjadi kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya (jujur) dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.” (HR. Muslim)
Ini yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka akan menyesal, mereka akan berpikir lebih baik dilemparkan dari bintang tersebut, dijatuhkan di tempat yang tinggi, daripada mereka menjabat jabatan di pemerintahan.
Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam menyebutkan bahwa jabatan dan kekuasaan itu adalah ibu susu yang sangat baik, tapi kalau sudah menyapih maka dia meyapih dengan sangat buruk. Ini yang terkadang tidak dipikirkan.
Mereka berpikir kalau menjadi pejabat maka akan terhormat, dihargai orang, jadi kaya raya. Pertanyaannya dimana pejabat yang kaya raya? Ya ada kalau dia punya usaha, tapi kalau dia mengandalkan pekerjaannya, maka sepertinya meragukan.
Di sini kita melihat bagaimana para ulama dahulu seperti Abu Hanifah ketika ditawari untuk menjadi hakim tertinggi di pemerintahan Abbasiyah pada waktu itu, beliau minta maaf, beliau tidak mau, beliau takut dengan jabatan tersebut. Adapun sekarang orang-orang rebutan dengan mencalonkan diri.
Maka sebelum berpikir untuk menjadi pejabat, hendaklah seorang hamba belajar terlebih dahulu bagaimana besarnya amanah yang dia emban. Kemudian mengukur diri dan mempertanyakan niatnya, apa tujuan tatkala mencalonkan diri? Setelah itu tanyakan kepada orang-orang yang alim apakah kira-kira mampu atau tidak?
Bab 338 – Bab tidak bolehnya seseorang mengatakan: ‘Allah dan Fulan’
Menit ke-23:53 Kalimat ‘dan’ ini adalah kalimat yang mengandung unsur persamaan. Maka dilarang mengatakan ‘Allah dan fulan’.
Ini adab dalam berbicara agar kita lebih mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla. Karena Allah sendirilah yang berkuasa di muka bumi ini. Bukankah Allah mengatakan:
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ
“Semuanya akan hancur kecuali Allah.” (QS. Al-Qashash[28]: 88)
Imam Bukhari menyebutkan sebuah atsar dari Abdullah bin ‘Umar, dia pernah bertanya kepada Mughits: “Siapa tuannya?” Mughits menjawab: “Allah dan Fulan.” Maka Abdullah bin ‘Umar mengatakan:
“لَا تَقُلْ كَذَلِكَ، لَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ أَحَدًا، وَلَكِنْ قُلْ: فُلَانٌ بَعْدَ اللَّهِ”
“Jangan seperti itu ucapanmu, jangan menjadikan bersama Allah seorangpun, tapi katakan: ‘Fulan setelah Allah.`”
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah نعم المولى ونعم النصير (sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong), maka katakan: “Tuanku adalah Allah, pelindungku adalah Allah ‘Azza wa Jalla”.
Kadangkala kita melihat di rumah-rumah tulisan ‘Allah’ dan ‘Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam’. Kalau kita lihat beberapa fatwa para ulama, seperti fatwa Lajnah Daimah, mereka melarang untuk menyandingkan Allah dan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kalau ingin menulis di rumahnya, tulislah ‘Allah dan Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam’, sehingga orang tahu bahwa maksudnya Muhammad ini adalah utusan Allah dan kita terlepas dari larangan menyamakan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan Allah Jalla Jalaluhu.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50977-jabatan-adalah-sesuatu-yang-menakutkan/